This post is also available in: English

Perkenalkan Muslim Baru, Hasegawa Mamoru!

Hari ini kami akan berbicara dengan Muslim baru, Hasegawa Mamoru tentang perjalanannya hingga menjadi Muslim dan aktifitasnya sehari-hari sebagai Muslim Jepang.

Mamoru (kanan) dengan Dr. Sugimoto (kiri)

Hasegawa Mamoru, adalah seorang mahasiswa universitas di Tokyo yang menjadi mualaf pada bulan Mei 2020 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan di sebuah masjid di Akihabara. Dia dipanggil “Hasan” oleh rekan kerja Indonesia paruh waktunya, dan menjadi nama Islamnya setelah mengucapkan syahadat.

“Selama saya mempelajari tentang ajaran Islam, saya merasa pikiran saya menjadi lebih jernih”, ujarnya.

Lihat Juga

First Eid Adha Prayer for a New Japanese Muslim

Latar Belakang dari Syahadat yang Diucapkannya

Menurutnya, dia memiliki dua alasan yang mendorong untuk menjadi mualaf; ketertarikan akan ajaran Islam dan perasaan luar biasa yang dia rasakan saat berinteraksi dengan teman-teman Muslim.

Menumbuhkan Ketertarikan Akan Ajaran Islam

Mamoru sangat terkesan dengan salam yang biasa diucapkan yaitu “Assalamu’alaikum” dan bagaimana umat Muslim mempelajari Al-Quran yang sama, yang menghubungkan para umat Muslim di seluruh dunia.

“Dalam Islam, orang-orang membantu sesama karena kita sesama manusia dianggap sebagai “keluarga” terlepas dari negara asal, latar belakang, agama, maupun umur. Hal itu menyentuh dan sangat membuat saya tertarik”, tambahnya.

Berinteraksi dengan Teman-Teman Muslim

Mempelajari hal baru rupanya bukan hal yang mudah, terutama jika hal tersebut langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti agama. Perasaan gelisah, apakah bisa melakukan semuanya dengan benar, terkadang menghantui kita dalam mempelajari hal-hal baru.

Di awal, Mamoru memiliki perasaan gelisah. Dia sangat jelas memiliki ketertarikan dalam ajaran Islam tapi tidak percaya diri untuk melakukan semua ajarannya. Pada saat itu, dia menjalin pertemanan dengan beberapa orang Muslim dan sangat terkesan dengan bagaimana mereka menikmati hidup mereka.

Kebanyakan dari orang Jepang mungkin berpikir bahwa Islam adalah adalah sesuatu dari luar (Jepang) dan untuk orang-orang luar (selain Jepang). Mamoru pun juga berpikir demikian. Tapi, kemudian semua berubah saat dia bertemu Muslim Jepang lainnya, yang lahir dan besar di Jepang dan berbicara bahasa Jepang seperti dirinya, yang mempelajari Islam di himpunan Jepang yang memberikan Mamoru rasa kedekatan.

 

Lihat Juga

Harus Lihat! Inilah Proses Bagaimana Menjadi Islam/Mualaf di Jepang

Menjadi Seorang Muslim

Pada tahun 2019, saat dirinya belum menjadi seorang Muslim, dia menantang dirinya sendiri untuk melakukan puasa Ramadhan selama 3 minggu. Lalu di tahun 2020, dia melakukan shalat 5 waktu dalam sehari selain melakukan puasa Ramadhan. Dia menemukan dirinya telah jatuh cinta dengan Islam dan menemukan kedamaian dalam hatinya dengan berlatih ajaran-ajaran Islam, tapi ada perasaan aneh mengenai fakta bahwa dia belum mengucapkan syahadat. Hal itu mendorongnya dengan kuat untuk memutuskan mengucapkan syahadat di masjid Akihabara.

Momen Mamoru mengucapkan syahadat di Masjid Akihabara

Reaksi dari Keluarga dan Teman

Orang Jepang yang memeluk agama tertentu adalah hal yang tidak umum di Jepang. Jadi bagaimana reaksi keluarga dan teman Mamoru saat mengetahui dirinya menjadi seorang Muslim?

Keluarga Mamoru sudah menjadi host family (keluarga angkat sementara yang mengizinkan orang asing tinggal di rumah mereka) untuk murd-murid internasional dari luar negeri, termasuk murid-murid Muslim, sehingga keluarganya memiliki toleransi lintas budaya, termasuk saat Mamoru memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. Dia bahkan berbicara kepada keluarganya bahwa dia akan mengucapkan syahadat sebelum dia pergi ke masjid. Selain itu, ibunya yang bekerja sebagai ahli gizi juga memiliki minat terhadap makanan halal.

Mengetahui Mamoru telah melakukan syahadat, dia disambut dengan hangat dan penuh suka cita oleh para teman-teman Muslimnya. Pada saat itu, Mamoru mengatakan bahwa teman-temannya sangat gembira untuknya seperti menyambut keluarga baru. Sementara itu, ada beberapa teman-teman Jepangnya yang bingung dengan keputusannya menjadi seorang Muslim, karena memeluk agama tertentu adalah hal yang tidak biasa kalian temui pada masyarakat Jepang dan bisa dianggap sangat jarang. Meskipun begitu, mereka mencoba untuk mengerti keyakinan baru dan kebutuhan-kebutuhan Mamoru.

Tidak begitu banyak informasi mengenai agama di Jepang dan terkadang kurangnya informasi menggiring kepada kesalahpahaman. Mamoru merasa bahwa ini adalah sebuah berkah dan kesempatan baginya untuk memberikan pemahaman yang jelas dan benar tentang Islam kepada teman-teman non-Muslim nya.

Lihat Juga

Hidup di Jepang Sebagai Anak Muda Muslim Keturunan Jepang
Hidup di Jepang sebagai Seorang Muslim Indonesia yang Lahir dan Besar di Jepang

Sebelum dan Sesudah Menjadi Mualaf

Apa yang Mamoru rasakan sebelum dan sesudah menjadi mualaf?

Mamoru menyebutkan bahwa dia merasakan dunianya berkembang dan merasa lebih lega, jauh lebih baik dari sebelum dia menjadi mualaf. Mempelajari Islam memberikan Mamoru sebuah pandangan dan perspektif baru yang membawanya memperkaya nilai-nilai dalam dirinya sendiri, membuat dia lebih kuat dari sebelumnya dan hatinya penuh dengan perasaan bersyukur serta berterimakasih akan banyak hal.

Selain itu, menjadi mualaf ini membuat koneksi yang lebih kuat dan lebih lebar kepada Muslim di seluruh dunia serta banyak pandangan mengenai jalan hidup dan berpikir.

Potongan ayat di dalam surat Al-Baqarah yang memiliki arti “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” dan “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikannya) dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya” adalah ayat utama yang membuat Mamoru seperti hari ini.

Menjalankan Ajaran Islam dalam Masyarakat Jepang

Masjid-masjid dan restoran-restoran halal bertambah secara pasti di Jepang, khususnya di kota-kota besar dan area-area sekitar dimana banyak umat Muslim dari berbagai negara tinggal. Meskipun Jepang bukan negara mayoritas Muslim, Mamoru melihat tidak begitu ada masalah dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam.

“Sayangnya, saya belum pernah tinggal di luar ngeri, sehingga saya tidak bisa membandingkannya, tapi saya pikir cukup nyaman (dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam), meskipun dalam beberapa kesempatan mungkin kita akan menemukan kesulitan dalam mencari makanan halal atau tempat untuk shalat”, ujar Mamoru.

Berbicara tentang makanan, Jepang adalah negara yang dianugerahi dengan ikan-ikan yang lezat dan segar sehingga kalian bisa banyak menemukan banyak hidangan seafood, selain itu banyak akses mudah untuk mendapatkan daging halal, terutama di Tokyo dimana Mamoru tinggal. Mengatur makanan agar menjadi halal bukan menjadi masalah yang signifikan sama sekali, sebaliknya, hal tersebut memberikan pilihan-pilihan sederhana untuk Mamoru dalam memilih makanan dan membuat dia berani menjelajah lebih banyak makanan internasional, khususnya makanan dari negara-negara mayoritas Muslim.

Dikarenakan Mamoru tinggal bersama dengan keluarganya, dia mengatakan bahwa tidak mudah untuk mengatur makanan di rumah secara ketat, tapi dia mengatur dirinya agar makan makanan yang tidak mengandung babi maupun bahan-bahan turunannya.

Tempat Sholat

Meskipun masjid dan tempat sholat bertambah dimana-mana, tapi tetap ada kemungkinan kalian tidak bisa menemukannya di dekat kalian. Dalam kasus seperti ini, Mamoru bertanya meminta pada fasilitas terdekat untuk dapat meminjamkannya sebuah ruangan dan mengizinkannya untuk sholat di sana. Jika ia sedang bersama teman-teman non-Muslimnya, dia akan mencari tempat yang tidak terlalu ramai dan sholat di sana sendirian sehingga temannya bisa menjelaskan kepada orang-orang selama dia melakukan ibadanya.

Lihat Juga

How New Japanese Muslim Deals with Halal

Jadilah Muslim yang Lebih Baik untuk Masyarakat Jepang Ramah Muslim (Muslim-Friendly) yang Lebih Baik

Muslim Jepang yang lahir dan besar di Jepang dan mengerti bagaimana cara berpikir orang Jepang, memberikan rasa kedekatan dengan Jepang non-Muslim dan cenderung menerangkan dan menjelaskan tentang agama Islam dengan tata krama yang baik sehingga mudah dimengerti oleh Jepang non-Muslim.

“Kebanyakan orang Jepang tidak memiliki kesempatan untuk mengethui Islam kecuali melaui informasi dari media, jadi sebenarnya, dibandingkan takut dengan Islam, mereka cenderung memiliki minat dengan bertanya dan mendengarkan”, katanya.  

Meluruskan kesalahpahaman tentang Islam terutama pada masyarakat minoritas Muslim amat sangat penting. Menurutnya, tindakan setiap umat Muslim sangat penting untuk mengurangi kesalahpahaman.

“Saya pikir, berbuat baik dari masing-masing diri dapat meningkatkan gambaran Islam diantara masyarakat Jepang non-Muslim sebanyak mungkin. Untuk itu, saya ingin melanjutkan mempelajari mengenai Islam dan bisa menjelaskan ajaran-ajaran Islam dengan kata-kata saya sendiri. Saya tidak akan pernah lupa untuk berterimakasih kepada Allah SWT karena memberikan saya lingkungan dimana saya bisa melanjutkan untuk belajar, dan saya akan melanjutkan kegiatan sukarela semampu saya”, sebutnya.

Lihat Juga

Komunitas Muslim Di Jepang