This post is also available in: English
Lahir sebagai seorang Muslim Jepang di Jepang yang hanya memiliki sedikit dalam jumlah, mendorong Sahar Nakayama untuk memiliki sudut pandang yang lebih luas sebagai orang Jepang sekaligus sebagai seorang Muslim.
Hari ini kami mewawancarai Sahar Nakayama yang akan membagikan pikiran dan pengalamannya kepada kita semua.
Bertemu dengan Sahar Nakayama, seorang Muslim Keturunan Jepang
Sahar Nakayama, atau yang biasa dipanggil Sahar, adalah seorang Muslim keturunan Jepang berumur 19 tahun (sesuai dengan waktu wawancara di bulan Mei 2021) dengan kedua orang tua berkewarganegaraan Pakistan dan Jepang, yang lahir dan dibesarkan di Tokyo.
Dia bersekolah di sekolah negeri Jepang dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, dan sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas di Jepang mengambil jurusan budaya dan bahasa Timur Tengah.
Lihat Juga
Pengalaman Muslimah Jepang Berpuasa di Jepang dan Malaysia
Satu Hari Puasa yang Dijalankan oleh Muslim Jepang Pada Ramadhan 2021
Mengenakan Hijab di Sekolah Negeri Jepang
Di masa kecil, dia bersekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Internasional yang mendorongnya untuk mulai memakai hijab saat umur 5 tahun.
Kemudian dia melanjutkan pendidikannya ke sekolah negeri di Jepang, dimana kalian perlu memakai seragam yang ditentukan dan kebanyakan tanpa hijab, kami penasaran bagaimana caranya melalui itu semua.
Menurut Sahar, dia harus membicarakan sebelumnya kepada guru di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama tentang kebutuhan memakai hijab dan seragam yang didesain sesuai dengan ajaran Islam yaitu menutup kulit. Alhamdulillah, sekolahnya mengerti dan semua berjalan dengan lancar. Di Sekolah Menengah Atas, dia bersekolah di sekolah yang punya kebebasan lebih dalam berseragam sehingga dia bisa menikmati masa-masa SMA dengan nyaman. “Tentu saja, saya tidak akan memilih sekolah yang tidak memiliki kebebasan seperti itu”, katanya.
Lihat Juga
Muslim-Friendly & Foreigner-Friendly Schools in Japan
Umat Muslim di Jepang Dalam Merayakan Idul Fitri 2021
Jika kebanyakan dari kita khawatir bagaimana hijab akan mempengaruhi perilaku orang-orang terhadap kita, Sahar mengatakan bahwa semua orang berinteraksi dengannya secara normal, dia tidak pernah menghadapi masalah, dan temannya menerimanya apa adanya.
Di perguruan tinggi, dia lebih memiliki kebebasan dibandingkan dengan sekolah, dia bebas memilih apa yang ingin dia pakai, sebagai tambahan beberapa murid internasional memakai hijab di universitas sehingga semua orang sudah biasa dengan keberagaman seperti itu.
Terutama pada beberapa tahun terakhir ini, siluet longgar dan baju panjang sedang menjadi trend di Jepang, memberikan angin segar kepada Muslim untuk menemukan baju-baju Muslim-Friendly.
Mempelajari Islam di Jepang
Karena Sahar lahir di dalam keluarga Muslim, dia memiliki Ibu yang mengajarkannya cara shalat, wudu, dan lainnya. Sebagai tambahan, dia terbiasa untuk pergi ke Masjid setiap hari sampai awal Sekolah Menengah Pertama untuk mempelajari Al-Qurna dan menambah pengetahuannya tentang Islam.
Selain itu, dia belajar cara memakai hijab dari teman dan keluarga, dan dari tutorial memakai hijab yang bisa ditemukan di YouTube dan Instagram.
Hidup di Jepang sebagai orang Jepang dan seorang Muslim
Hidup di negara dimana Muslim adalah minoritas penuh dengan tantangan yang akan membawa Islam dekat dengan kita sekaligus memperluas wawasan ke sudut pandang yang lebih luas. Sahar mengatakan bahwa di Jepang, mode sederhana mudah untuk dikombinasikan.
Pada dasarnya, orang Jepang memiliki kecenderungan untuk menghindar orang lain sehingga kalian akan lebih bebas untuk memakai atau melakukan sesuatu tanpa harus mengkhawatirkan apapun. Selain itu, pertambahan penduduk asing dan turis mancanegara beberapa tahun ini memberikan efek positif dalam meningkatkan kesadaran akan keberagaman kepada orang-orang lokal.
Lihat Juga
“Embracing The Beauty of All Women”, Hana Tajima for Uniqlo 2021 Spring/Summer Collection
Tapi sekali lagi, saat ini masih cukup sulit untuk bisa melakukan shalat di luar ruangan. Menurut Sahar, dia bisa mengatur jam shalat diantara pelajaran-pelajaran selama kehidupan sekolahnya, tapi dia sulit mengatur jam shalat saat dia bekerja paruh waktu karena keterbatasan tempat dan waktu, dari pengalamannya dia harus melakukan shalar setelah jam kerjanya selesai.
Sahar lulus dari SMA dan menjadi mahasiswa universitas tepat sebelum pandemi menyerang. Kondisi ini mendorongnya untuk menantang kesempatan demi meraih banyak pengalaman sosial, seperti melakukan pekerjaan paruh waktu pertamanya, bergabung pada program intership, dan masih banyak lagi.
Lihat Juga
Find the Nearest Mosques and Prayer Spaces with Japan Masjid Finder
Mimpi Masa Depannya
Memiliki sudut pandang sebagai orang Jepang sekaligus seorang Muslim, Sahar berkeinginan untuk terlibat dalam bidang pendidikan dengan beberapa cara di masa depan, seperti terlibat dalam pendidikan Islam untuk generasi kedua dari penduduk Muslim di Jepang. “Saya ingin menjadi orang yang bisa memberikan anak-anak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan budaya”, ujarnya.