This post is also available in: English
Berpuasa di beberapa negara memberikan pengalaman menarik, dari mulai durasi waktu berpuasa sampai adaptasinya. Berpuasa di Jepang memiliki durasi sekitar 16 jam dan biasanya jatuh pada awal musim panas yang sudah panas dan lembab. Sementara itu, durasi berpuasa di negara-negara yang dekat dengan garis khatulistiwa biasanya lebih pendek dan suhu yang lebih panas daripada Jepang.
Hari ini kami berbincang dengan Ana Farhana, seorang Muslimah Jepang yang akan membagikan kepada kita semua pengalaman berpuasa di Jepang dan Malaysia.
Perkenalkan Ana, sorang Muslimah Jepang yang Tinggal di Malaysia
Tanaka Ana adalah sorang mualaf yang mengikrarkan syahadat di Jepang pada tahun 2016, dan dia memiliki nama Islam yaitu “Ana Farhana”. Dia berasal dari Prefektur Nara di area Kansai, menikah dengan seorang warga negara Malaysia dan sekarang tinggal di Selangor, Malaysia sejak tahun 2019.
View this post on Instagram
Selain bahasa Jepang sebagai bahasa ibunya (begitu juga dengan dialek Kansai!), Ana lancar berbahasa Melayu sehingga membuatnya mudah berteman dan berinteraksi dengan orang-orang Malaysia.
View this post on Instagram
View this post on Instagram
Lihat Juga
Ramadhan in Japan; How Muslims in Japan Prepare for Ramadhan This Year(2021)
Bagaimana Rasanya Berpuasa di Jepang dan Malysia?
Pada kasus Ana alami, dia kesulitan untuk menjalankan puasa dengan benar. Saat itu, dia bekerja pada tempat penitipan anak yang membutuhkan energi baik secara fisik maupun mental, dan aturan di tempat bekerjanya mengharuskan guru dan murid untuk makan siang bersama. Terlebih lagi, dia sangat sulit untuk mengatur waktu sahur dan berbuka puasa karena dia tidak mengatakan pada keluarganya bahwa dia sedang berpuasa. Dia menyebutkan bahwa suatu hari dia sengaja pulang ke rumah terlambat dari biasanya agar dia bisa berbuka puasa di luar rumah tanpa keluarganya mengetahuinya.
Kemudian, dia berhenti dari pekerjaannya dan bekerja sebagai guru penitipan anak dengan status pekerja paruh waktu yang memperbolehkan dia mengatur jam kerja sendiri. Dia merasa dengan menjadi pekerja paruh waktu lebih mudah dalam menjalankan puasa karena jam kerjanya yang cukup fleksibel.
Jika dia terbiasa untuk berpuasa sendiri di Jepang, dia bisa dengan nyaman berpuasa di Malaysia dengan umat Muslim lainnya di sana, karena Malaysia adalah salah satu negara dengan mayoritas umat Muslim, dan adanya suami yang berada di sampingnya untuk memberi saran dan dukungan agar dia bisa berbuat yang terbaik dalam menjalankan puasa.
Di lain sisi, dia merasa kesulitan (terkadang ketakutan!) untuk makan di luar rumah selama Ramadhan di saat sedang berhalangan untuk puasa di Malaysia karena tatapan dari orang-orang. Sementara di Jepang tidak ada hal seperti itu karena orang-orang beraktifitas seperti biasa bahkan saat Ramadhan.
Kami percaya bahwa pengalaman ini tidak hanya dirasakan oleh Ana, mereka yang berhalangan puasa karena beberapa alasan, ragu untuk makan di luar rumah karena orang-orang akan membicarakan dan menatap mereka sehingga membuat tidak nyaman. Kami berharap untuk yang memang berhalangan puasa bisa dengan nyaman makan di luar rumah tanpa ragu seperti di negara lain.
Menurut Ana, dia biasanya mengalami sakit kepala atau sakit perut sekitar seminggu sebelum Ramadhan datang, tapi Alhamdulillah dia bisa melewati hal itu dan berpuasa dengan damai sekarang.
Lihat Juga
Fasting in Japan: A Day of Indonesia-Japan Family Fasting in Ramadhan 2021
Fasting in Japan: The Famous Muslim Indonesian Beauty Blogger and Family Celebrating Ramadan 2021 in Japan
Aktifitas Selama Bulan Ramadhan
Di Malaysia, Ana bangun sekitar pukul 5 pagi untuk santap sahur lalu diikuti dengan salat Subuh. Setelah itu, dia mendengarkan ceramah Islam online atau membaca artikel-artikel.
Dalam satu hari, dia menyebutkan bahwa dia melakukan aktifitas seperti biasa, tapi dia mencoba untuk lebih fokus dalam beribadah. Dia mendapati kontrol dirinya meningkat dari tahun ke tahun.
Sebelum pandemik, ada Bazar Ramadhan yang diadakan di Malaysia dan acara itu menjadi salah satu kegembiraannya untuk berbelanja di sana. Selain itu juga, dia sangat bersemangat untuk berbuka puasa dan salat Tarawih bersama di masjid setiap hari.
Dia tidak sabar menunggu kembali dibukanya lagi bazar dan aktifitas di masjid saat pandemik selesai!
Jika bagi kebanyakan orang menyantap gorengan dan makanan pedas untuk berbuka puasa dan makan malam, Ana lebih menyukai menyantap makanan Jepang atau makanan Barat. Dalam segi makanan, Ana berhati-hati pada jumlah makanan agar tidak mubazir atau sia-sia, terutama pada Ramadhan. Setelah menikmati makanan dan menyelesaikan salat Tarawih, terkadang Ana mendengarkan ceramah online yang dibawakan oleh Ustadz atau membuat dirinya lebih santai dengan mendengarkan nasyid, tilawah agama yang dibawakan dengan berbagai macam melodi tanpa alat musik.
Lihat Juga
Iftar Meals in Halal Restaurants in Japan
Break Your Fast With These 3 Japanese Traditional Foods & Drinks For a Fascinating Iftar Time (Ramadhan 2021)
Ramadhan pertamanya sangat berat, begitu katanya. Dia sangat terkejut betapa lapar dan hausnya dia selama puasa yang membuatnya mengalami kondisi fisik yang tidak baik. Saat itu, dia kewalahan dengan bagaimana umat Muslim melakukan puasa setiap tahun selama sebulan penuh! Setelah bertahun-tahun menjalaninya, tubuhnya menjadi terbiasa dan memberikan motivasi yang lebih kuat dakam berpuasa.
Lihat Juga
Fasting in Japan: Japanese Muslim’s A Day of Fasting in Ramadhan 2021
Pelajaran di Bulan Ramadhan
Bagaimana Dia Mempelajari Shalat dan Membaca Al-Quran
Tidak mudah mempelajari bahasa Arab, terutama dalam pengucapannya. Ana mengingat bahasa Arab dari suara dan mempelajarinya dari cara membaca Katakana. Shalat berjamaah sangat membantunya karena dia bisa mengingat kosa kata bahasa Arab dari mendengar.