This post is also available in: English
Ditulis oleh: Fatimah Zahratunnisa (Icazahra)
Memulai perjalanan sebagai mahasiswa pada program Master di Graduate School of Human Sciences, Universitas Sophia di Tokyo, saya memulai karir sebagai seorang musisi di Jepang di samping bekerja sebagai penulis konten (content writer) di Tokyo.
Keinginan Dalam Bermusik
Saya memiliki band musik pada tahun 2010 saat saya bersekolah di SMA di Indonesia dengan posisi saya di band tersebut adalah vokalis, lalu pada tahun 2011 kami mencoba menyebarkan luaskan musik kami melalui intenet. Pada saat itu banyak tantangan yang kami hadapi karena band kami masih sangat kecil dan belum dikenal luas, apalagi secara nasional. Tapi saya masih ingat bagaimana bahagianya saat kami mendapat beberapa like di video yang kami upload ke Youtube.
Setelah lulus dari bangku SMA, saya melanjutkan pendidikan ke Jurusan Sastra Jepang di salah satu Universitas di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, lalu saya berkesempatan untuk mengikuti program U2U (University to University) yaitu program pertukaran mahasiswa jangka pendek yang diadakan antara universitas saya di Indonesia dengan universitas yang memiliki kerja sama di Jepang, tepatnya di Nara pada tahun 2014. Satu tahun menjalani peran sebagai mahasiswa pertukaran di Jepang adalah salah satu momen paling penting dalam hidup saya. Suatu hari, saat saya dan teman saya menghabiskan malam akhir tahun di karaoke, teman saya merekomendasikan saya untuk mengikuti program televisi bernama “Nodojiman The World” (disiarkan oleh Nihon Televisi atau NTV). Program televisi tersebut menampilkan kompetisi menyanyi oleh orang asing yang tinggal di Jepang dalam menyanyikan lagu – lagu Jepang. Mereka mendukung saya untuk mendaftar pada program tersebut.
Pada musim semi tahun berikutnya, saya mendapat e-mail dari produser program TV tersebut yang mengatakan bahwa mereka tertarik dengan video yang kami upload di Youtube pada tahun 2011 dan mengundang saya untuk tampil di program TV tersebut. Alhamdulillah, saya dapat berangkat ke Tokyo untuk berpartisipasi dalam “Nodojiman The World”..
See Also
Finding a Passion; From Egypt to Japan
Semangat Belajar
Tentu saja, tujuan utama saya berada di Jepang adalah untuk belajar dan menambah pengalaman.
Butuh banyak usaha untuk mendapat kesempatan program pertukaran mahasiswa jangka pendek ke Jepang karena semua mahasiswa dari seluruh fakultas di universitas saya dapat mengikuti seleksi ini, dari seleksi dokumen dan menulis esai untuk dipresentasikan sampai dengan tes wawancara. Alhamdulillah, saya lolos semua tes dan siap untuk berangkat ke Jepang!
Di Nara, saya mempelajari Budaya dan Masyarakat Jepang di Universitas Tenri selama 1 tahun. Pengalaman tersebut sangat berharga karena saya bisa belajar dan berinteraksi dengan mahasiswa lainya di sana. Lalu setelah 1 tahun menyelesaikan program pertukaran mahasiswa jangka pendek, saya kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan kuliah saya, dan berusaha keras kembali untuk dapat kembali ke Jepang dengan jalur beasiswa dari program MEXT.
See Also
Study in Japan? Here Are the Types of Scholarship You Can Find!
Applying for University in Japan? Make Sure to Prepare the Following!
Saya mendaftar MEXT dalam program G2G (Government to Government) untuk penelitian program Magister dan Doktor. Saya harus lolos dari seleksi dokumen dan tes tertulis (dalam bahasa Inggris dan Jepang) serta tes wawancara dan mempresentasikan rencana penelitian saya.
Di pendaftaran beasiswa MEXT ini terdapat program bahasa Inggris dan bahasa Jepang sebagai bahasa perantara. Saya memilih program bahasa Jepang sehingga seluruh kuliah berlangsung menggunakan bahasa Jepang.
Tips (1)
- Mendapatkan seorang profesor yang siap membimbing kalian di universitas yang diinginkan untuk melanjutkan studi saat kalian sudah lulus seleksi kedua sehingga tes wawancara akan lebih mudah.
Tips (2)
- Mendaftar program Magister dan Doktor dari MEXT berarti kalian harus meningkatkan kemampuan bahasa kalian karena dengan kemampuan bahasa Jepang yang baiklah kalian bisa melalukan penelitian dengan lebih mudah. Perlu diingat pemerintah membayar semua biaya untuk mendukung penelitian kalian jadi jangan disia-disiakan. Pada kasus saya, saya memberanikan diri saya untuk berteman dengan orang Jepang sebanyak-banyaknya dan banyak berbicara bahasa Jepang.
Perjalanan saya belajar dan melakukan penelitian pada program Magister ini tentunya sangat menantang. Meskipun saya sudah memiliki kemampuan berbahasa Jepang, tapi saya perlu meningkatkan usaha saya lagi untuk belajar bahasa Jepang karena saya perlu menguasai istilah – istilah dalam studi kesejahteraan sosial, dari hukum dan istilah medis, sampai ranah psikologi dan ekonomi.
Karena saya mengambil program bahasa Jepang, teman sekelas saya kebanyakan berasal dari Jepang dan Cina, dan saya adalah satu-satunya yang berasal dari Indonesia. Dengan lingkungan yang seperti itu membuat saya berani untuk berbicara dengan bahasa Jepang kepada semua orang dan hal tersebut membantu saya meningkatkan kemampuan bahasa Jepang saya.
See Also
FAQ: Being an International Student in Japan
International Student From Malaysia; “How I Made My Way to Nagoya University”
Terimakasih NTV! Saya Menjadi Penyanyi Sungguhan!
Pada bulan September tahun 2015, saat saya mendatangi Tokyo untuk mengikuti program TV “Nodojiman The World 2015” saya menyanyikan 2 lagu yaitu, “Goodbye Days” dari YUI yang mengantarkan saya menuju babak final dan “Blue Bird” dari Ikimono Gakari (OST anime ninja terkenal, NARUTO) yang membawa saya menjadi pemenang di “Nodojiman The World 2015”!
Kemudian, Allah menerangi jalan saya.
Video saya menyanyikan lagu “Blue Bird” menjadi viral di media sosial dan saya mendapat banyak tawaran dari agensi musik dari Jepang dan Indonesia.
Pada tahun 2018, saya menandatangani kontrak dengan salah satu musik agensi dan menyiapkan debut saya sebagai penyanyi dan penulis lagu (singer-songwriter) di Jepang. Lalu di September 2019, empat tahun setelah saya awal pertama memasuki industri musik, saya secara resmi debut dengan sebuah single lagu berjudul “For YOU” dengan sidetrack berjudul “Magic Words”. Lalu pada April 2020, saya menjadi singer-songwriter independen dan meluncurkan single saya selanjutnya yang berjudul “We Are Not In Love Anymore” pada Augustus 2020.
Pasang Surut Sebagai Musisi Berhijab
Bohong kalau saya bilang kalau saya tidak menghadapi rintangan terutama sebagai musisi berhijab yang masih bisa dibilang sangat minoritas, terutama di negara yang bukan negara asal saya. Saya pastinya memiliki banyak kekhawatiran. Saya masih ragu-ragu, apakah saya dengan gaya busana dan penampilan yang berbeda ini dapat diterima dan dikenali sebagai seorang penyanyi?
Ternyata, semua kekhawatiran saya tidak berarti! Sebaliknya, hijab dan gaya busana saya menjadi salah satu daya tarik dan ciri khas saya. Membawa saya menuju posisi dimana orang-orang menunggu saya dengan antusias berdiri di atas panggung. Bahkan saat saya menggelar pertunjukan tunggal di Tokyo dan Osaka, semua tiket terjual habis dan full house! Untuk saya, ini adalah sebuah pencapaian besar yang harus disyukuri.
Banyak orang yang mengenal saya sebagai penyanyi berhijab. Di balik itu, saya menghadapi kata-kata dan pertanyaan yang sedikit menyakitkan hati, seperti kenapa harus berhijab padahal bisa jadi lebih menjual jika tidak berhijab, atau menyarankan untuk pindah agama karena Islam tidak bagus untuk saya. Astaga!
Meskipun begitu, saya pikir mereka berpikir seperti itu karena salah paham. Alhamdulillah, perlahan lahan satu persatu dari mereka menerima saya dan musik saya, mereka bahkan menunggu karya-karya saya selanjutnya dengan antusias.
Mengatur Waktu untuk Belajar, Kerja Paruh Waktu, dan Bermusik
Bukankah belajar sudah sangat sibuk? Kenapa tetap melakukan kerja paruh waktu padahal sudah jadi penyanyi? Kan sudah mendapat uang beasiswa? Mungkin kalian ada yang bertanya-tanya setelah membaca cerita saya di atas.
See Also
Tujuan utama saya berada di Jepang saat ini adalah sebagai mahasiswa program Magister, jadi pekerjaan utama saya adalah belajar! Tapi, mungkin ada beberapa orang yang berpikir kalau menjadi musisi itu punya banyak uang, saya katakan itu tidak benar. Saya mendengar lagu saya diputar di banyak tempat, saya menandatangani kontrak dengan agensi, tetapi status saya adalah musisi paruh waktu. Saya tidak bisa menjadi musisi sepenuhnya karena status saya adalah mahasiswa dan saya berada di bawah aturan beasiswa. Terlebih lagi, acara atau festival musik tidak selalu diadakan setiap minggu dan saya tetap membutuhkan pemasukan untuk hidup disamping dari uang beasiswa yang saya terima.
Tapi sekali lagi, Alhamdulillah, karena Allah telah membukan jalan untuk saya. Ada sebuah perusahaan yang berhubungan dengan IT dan media yang sedang mencari content writer untuk pembaca orang Indonesia. Mereka langsung meminta saya untuk bergabung dengan mereka sebagai pegawai paruh waktu satu jam setelah wawancara! Saya bekerja pada perusahaan tersebut selama beberapa waktu dan akhirnya mereka mempromosikan saya sebagai pegawai tetap tahun ini! Alhamdulillah.
See Also
5 Things Muslims Need to Know When Working in Japan
How Allah Guides Me to Work in Japan (With Tips and Tricks)
Malaysian Muslimah Working in Japan; “Effort Won’t Betray You”
Aktivitas saya dalam bermusik kebanyakan saya lakukan pada malam hari atau saat akhir pekan, jadi saya tidak ada masalah dalam mengatur waktu belajar dan bermusik. Tapi saya harus mengorbankan jam tidur dan jam main saya. Saya mempunyai jadwal kuliah di pagi hari, lalu pergi bekerja sampai pukul 7 malam. Setelah itu, saya memiliki pilihan untuk langsung pulang ke rumah atau ke studio musik untuk latihan. Jika ada jadwal pertunjukan musik, biasanya saya akan ke studio musik sampai tengah malam, pulang ke rumah, lalu mengerjakan tugas kuliah saya.
Melakukan rutinitas yang sama dengan jadwal yang padat sangat membuat stres! Untuk menghilangkan stres dan kepenatan, biasanya saya meluangkan waktu di pagi hari atau saat akhir pekan untuk melakukan olahraga ringan, bertemu teman dan berbicara tentang apapun, makan apapun yang saya mau, dan tertawa sebanyak mungkin.
Dulu saya pikir punya banyak pekerjaan dan kesibukan adalah hal yang keren, Tapi sekarang saya pikir keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan adalah yang paling penting. Semua pekerjaan akan sia-sia jika akhirnya hanya akan berakhir di ranjang rumah sakit. Sambil menyeimbangkan antara belajar, bekerja, dan bermusik, saya akan terus membuat sesuatu yang akan sangat kalian nantikan.