This post is also available in: English

Ditulis oleh: Swastika Kusumawati

Bermula dari Sebuah Mimpi yang Selalu Ditertawakan

Saat saya berusia sekitar 4-5 tahun, anime Jepang ditayangkan hampir setiap hari di stasiun TV Indonesia yang membuat saya tertarik pada budaya  pop di Jepang. Selain itu juga musik J-Pop dan J-drama juga sedang populer pada saat itu.

Ketertarikan saya terhadap budaya Jepang mendorong saya untuk mempelajari bahasa Jepang secara otodidak sejak duduk di bangku SMP, hal itu membuat saya memiliki gambaran mengenai mimpi menjadi interpreter (penerjemah lisan)  untuk artis-artis Jepang yang datang ke Indonesia. Terdengar seperti mimpi di siang bolong dan hampir semua teman saya menertawakan mimpi saya tersebut, tapi motivasi saya tumbuh untuk membuktikan kalau saya bisa mewujudkan mimpi saya.

Sambil terus menyimpan mimpi dalam kepala dan hati, saya memutuskan untuk memperdalam bahasa Jepang dengan bersekolah di salah satu universitas negeri yang memiliki reputasi dalam pembelajaran bahasa Jepang di Bandung (Jawa Barat, Indonesia),  dan setelah lulus saya bekerja di salah satu perusahaan agen penyewaan apartemen untuk orang Jepang di Jakarta selama 2 tahun.

Tidak diduga, sebenarnya direktur saya juga menjalankan perusahaan lain yang bergerak di bidang penyelenggaraan acara (Event Organizer) untuk festival-festival yang berhubungan dengan budaya pop Jepang di Jakarta. Beliau memperkenalkan saya kepada dunia keartisan dan entertain Jepang, dari perkenalan tersebut banyak hal yang membantu dalam mewujudkan mimpi saya. Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan untuk menjadi interpreter beberapa artis Jepang terkenal seperti Hyde (vokalis L’arc~en~Ciel), LiSA, MIYAVI, AAA, Tokyo Ska Paradise, [Alexandros], dsb.

Dalam hati, saya berpikir bekerja sama dengan artis besar seperti mereka hanya ada di imajinasi saya saja, tapi setelah benar-benar melihat mereka di depan mata, hati saya hampir copot menyadari hal itu bukan sekedar mimpi.

Salah satu tag nama saat saya bekerja sebagai penerjemah untuk artis Jepang

Mencapai satu mimpi tidak menjadikan diri cepat berpuas hati. Sebuah mimpi baru tiba-tiba muncul di kepala yang membuat saya memutuskan suatu keputusan besar dalam hidup, yaitu mempelajari bahasa Jepang bisnis di Jepang.

Menjadi Sponsor Diri Sendiri untuk Sekolah Bahasa Jepang di Tokyo

Saya melampirkan semua dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftar masuk ke sekolah bahasa Jepang di Tokyo yang saya inginkan melalui perwakilan dari sekolah tersebut yang terdapat di Tangerang (Jawa Barat). Dokumen yang saya lampirkan berupa dokumen resmi berkaitan dengan identitas diri dan finansial yang membuktikan saya bisa menjadi sponsor  untuk diri sendiri dan mencukupi kehidupan saya selama tinggal di Jepang.

Saya meninggalkan kehidupan di Jakarta dan berangkat ke Jepang pada Oktober 2013 untuk belajar bahasa Jepang bisnis di sekolah bahasa Jepang di Tokyo. Jika kebanyakan pertukaran pelajar atau pelajar asing di Jepang mencapai mimpinya dengan meraih beasiswa, saya tidak demikian. Saya mendanai sendiri semua biaya dari tiket pesawat, biaya sekolah sampai biaya sewa apartemen yang menghabiskan dana sekitar 800 ribu yen pada saat itu. Semua biaya tersebut adalah hasil kerja keras yang saya tabung pada pekerjaan saya sebagai karyawan agen apartemen dan freelance sebelum berangkat.

 

See Also

Study in Japan? Here Are the Types of Scholarship You Can Find!

Applying for University in Japan? Make Sure to Prepare the Following!

 

Saya sangat bersemangat mengejar level tertinggi dalam bahasa Jepang bisnis karena saya berpikir dalam untuk mencapai karir selanjutnya.

Bicara tentang sekolah bahasa Jepang, banyak sekali sekolah bahasa Jepang  terutama di Tokyo. Tetapi tidak semua menyediakan bahasa Jepang bisnis di kurikulum mereka, jadi saya sangat beruntung menemukan sekolah bahasa Jepang yang pas dengan kebutuhan saya.

Saya mempelajari cara membuat CV dalam bahasa Jepang, bahasa sopan dan hormat, berbicara di depan umum, dan banyak lagi sampai saya mendapat sertifikat Tingkat Atas  dalam Bahasa Jepang Bisnis. Saya berkonsentrasi untuk belajar bahasa Jepang bisnis selama 6 bulan sambil mencari kesempatan bekerja di Jepang. Tapi sayangnya saya tidak seberuntung itu dalam menemukan pekerjaan yang cocok, sehingga saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah kelulusan saya.

Upacara Kelulusan Sekolah Bahasa Jepang Tempat Saya Belajar

See Also

Part-Time Job Option as an Interpreter for Foreign Elementary Students

Tahap Kedua dalam Kehidupan Saya

Seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasa Jepang, kepercayaan diri saya pun meningkat. Pulang ke Indonesia, saya mendapatkan banyak kesempatan untuk bekerja dengan banyak orang sebagai penerjemah freelance di Jakarta, selain itu saya juga ditunjuk menjadi MC untuk acara yang berkaitan dengan Jepang dan menjadi koordinator staf yang mengurus lebih dari 30 staf dan artis dari Jepang selama mereka melakukan syuting drama televisi di Jakarta pada akhir tahun 2014.

Berpartisipasi dalamJapan Travel Fair 2014, Jakarta

Bekerja Sebagai Staf Koordinator

Koordinator Syuting di Jakarta dengan beberapa artis Jepang

Dengan semua karir yang saya  sebagai penerjemah freelance selama setahun, tetap masih ada keinginan saya untuk kembali ke Jepang dan merasakan pengalaman bekerja di perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pariwisata karena jalan – jalan dan wisata juga termasuk salah satu hobi saya. Tetapi saya sadar untuk mendapatkan pekerjaan di Jepang hampir mustahil karena saya tidak sedang tinggal di Jepang, hal itu membuat saya hampir menyerah.

Sampai suatu hari sesuatu di luar bayangan saya datang menghampiri.

See Also

5 Things Muslims Need to Know When Working in Japan

Dari Jepang Menuju Dunia

From Japan to the World

Saya mendapat tawaran untuk bekerja di salah satu kapal pesiar Jepang sebagai staff resepsionis berbahasa Jepang dan Inggris. Tanpa berpikir dua kali, saya langsung mengiyakan tawaran tersebut dan mulai berlayar sekitar bulan Juli tahun 2015 berangkat dari Kobe, Jepang. Saya bersyukur sekali mendapat dukungan dari orangtua saya meskipun mereka tahu untuk seorang perempuan yang menjadi seorang pelaut, tantangan dan perjuangan yang dihadapi lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

Me as a cruise staff

Pada dasarnya sistem di dalam kapal pesiar sama dengan hotel dan karena saya bekerja di divisi resepsionis, saya harus mengurus dan mendengarkan kebutuhan para penumpang kapal. Lebih dari 90% penumpang adalah orang Jepang karena itu saya menggunakan bahasa Jepang dan Inggris setiap hari.

Meskipun saya memiliki keahlian berbahasa Jepang, masih sulit untuk merespon secara spontan dan cepat pada awal-awal saya bekerja. Tetapi, berkat bahasa Jepang yang saya pelajari selama saya sekolah bahasa Jepang banyak membantu untuk beradaptasi secara cepat. Saya terpilih sebagai karyawan bulanan terbaik, dan pada kontrak berikutnya saya dipilih menjadi Asisten Ketua Resepsionis.

Clear blue sky and silky desert in Africa

Saya mengunjungi lebih dari 50 negara di 6 dari 7 benua yang ada di dunia: Afrika, Antartika, Asia, Eropa, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Dari semua negara yang telah saya kunjungi, yang paling berkesan adalah perjalanan saya ke Antartika, Kutub Selatan. Saya melihat pinguin-pinguin melompat dari gunung es dan paus besar yang menyambut kapal kami dengan hempasan ekornya.

Di sana, saya merasa saya mendapat kesempatan ini semua berkat kebaikan dan kebesaran Allah SWT. Saya merasa tidak mungkin saya bisa melihat keindahan dunia jika hanya dengan kekuatan saya sendiri. Alhamdulillah.

Cruising in Antarctica, the South Pole

Dan Tahap dalam Hidup Saya masih Berlanjut…

Saya tidak memperpanjang kontrak saya sebagai pelaut dan berhenti pada April 2017. Perjalanan saya di atas kapal berakhir dan saya kembali ke Indonesia. Setelah itupun, saya masih mencoba berbagai macam cara untuk kembali ke Jepang.

Beberap bulan kemudian, saya mendapat tawaran dari senior saya yang bekerja di Jepang untuk menjadi penerjemah Jisshusei (pemagang teknis dari Indonesia) di awal tahun 2018, pekerjaan yang saya lakukan sampai sekarang. Saya merasa bersyukur sekali karena mempelajari bahasa Jepang bisnis beberapa tahun lalu, saya bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan tempat saya bekerja sehingga mereka juga terkesan dengan hasil kerja saya.

Terakhir, pesan saya adalah usaha untuk mengejar mimpi tidak pernah sia-sia. Mungkin saja tidak langsung terlihat, tetapi bisa datang dengan berbagai macam bentuk.